BAB IV
KONSEP PERANCANGAN KOTA
4.1 Konsep
Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo
4.1.1 Pariwisata
UU Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata
adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Berdasarkan konsep DMS (Destination Management System)
pariwisata harus memiliki bberapa unsur, antara lain:
1.
Obyek
wisata;
2.
Sarana
hiburan;
3.
Cinderamata;
4.
Transportasi;
dan
5.
Akomodasi.
4.1.2 Hutan
Mangrove
Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang produktif di
daerah pesisir yang berperan sebagai pensuplai bahan makanan (food supply) bagi berbagai jenis biota
air di wilayah pesisir tersebut. Disamping itu ekosistem mangrove ini juga
dapat menyediakan berbagai jenis produk dan jasa lingkungan untuk kesejahteraan
hidup masyarakat dan kualitas lingkungan pantai dimana mangrove tersebut
tumbuh. Dalam hal ini sebagai kunci utama yang menggerakkan fungsi ekosistem
mangrove tersebut adalah komponen vegetasi mangrove sebagai produsen yang
menghasilkan bahan organik sebagai sumber makanan konsumen primer, sekunder dan
top konsumen dalam jaring-jaring pangan (food
web) di ekosistem mangrove yang bersangkutan.
Selain itu, vegetasi mangrove juga dapat berperan dalam
amaliorasi iklim mikro dan perbaikan kualitas lingkungan (tanah, air, udara) di
ekosistem mangrove tersebut. Dengan demikian apabila mangrove dikonversi, yang
berarti vegetasi mangrovenya ditiadakan, maka semua fungsi ekonomi dan ekologi
dari ekosistem mangrove tersebut akan lenyap, padahal mangrove merupakan
sumberdaya yang potensial penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
pesisir. Mangrove sebagai renewable
resources harus dimanfaatkan berdasarkan sustainable basis untuk multipurpose (berbagai hasil guna)
sesuai dengan diversitas dan potensi sumberdaya dan jasa lingkungan yang dapat
disediakan mangrove tersebut. Sehubungan dengan ini harus diintroduksi inovasi
praktek pemanfaatan mangrove yang bersifat kompatibel antara satu bentuk
pemanfaatan dengan bentuk pemanfaatan lainnya sehingga fungsi-fungsi ekosistem
mangrove yang dimanfaatkan tetap terpelihara dan tidak terganggu (di ambang
batas bawah daya lenting ekosistem).
Sumber : diolah
oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 9 Zoning Pembagian Kawasan Pengembangan Mangrove
4.1.3 Wisata
Hutan Mangrove
Tren pengelolaan mangrove pada masa sekarang menuju pada
pemanfaatan wisata selain konservasinya, karena tingginya permintaan terhadap
ruang terbuka hijau di kawasan pesisir. Oleh karena itu konsep wisata mangrove
dewasa ini menjadi pilihan meningkatkan potensi pada kawasan hutan mangrove
dengan pendekatan pemeliharaan dan konservasi alam. Konsep tersebut tidak akan
terlepas dari (Cecep Kusuma IPB, Konsep Pengelolaan Mangrove yang Rasional) :
1.
Pengelolaan
lingkungan alam;
2.
Nilai
- nilai pendidikan atau edukasi (penelitian dan pengembangan);
3.
Partisipasi
masyarakat lokal;
4.
Konservasi
dan pengelolaan lingkungan; dan
5.
Minimalisasi
dampak dan pengaruh lingkungan alami.
4.2 Justifikasi Pemilihan Konsep
Berdasarkan pasal
70 ayat pada RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031 menyatakan Kelurahan Mangunharjo
masuk dalam kawasan pantai berhutan bakau/mangrove yang juga menjadi Kawasan
Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya sebagaimana dikatakan pada pasal
67. Adanya potensi berupa hutan bakau juga menjadi salah satu pertimbangan pengembangan
konsep Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo. Kawasan mangrove ini telah
terbentuk sejak tahun 2001 dan telah tumbuh menjadi kawasan hutan mangrove yang
lumayan lebat. Dari segi aksesibilitas, Kelurahan Mangunharjo juga terletak di
dekat jalur nasional, yaitu sekitar 3,9 km dari di jalur pantura antara Kota
Semarang dengan Kabupaten Kendal, hal ini akan mempermudah akses menuju kawasan
mangrove.
4.3 Indikator Konsep Wilayah Studi
Konsep yang akan
diterapkan di lokasi perancangan ini adalah Wisata Keluarga Hutan Mangrove
Mangunharjo. Indikator konsep yang dipakai di lokasi perancangan adalah konservasi. Salah
satu indikator dalam mendukung konsep Wisata Keluarga Hutan Mangrove
Mangunharjo adalah sebagai fungsi konservasi mangrove. Mangrove merupakan jenis
tanaman yang hidup disekitar pasang surut air laut, sehingga keberadaannya
bergantung pada pasang surut air laut. Konservasi ini berupa pengembangan serta
pembibitaan hutan mangrove yang berguna sebagai salah satu solusi dari dampak
kerusakan akibat abrasi pantai. Indikator fungsi konservasi ini bukan hanya
sebagai penanganan tanggap bencana di Kawasan Mangunharjo saja, namun dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mengelola atau menyediakan
fasilitas pendukung di kawasan konservasi mangrove sebagai kawasan pariwisata
alam.
Hal utama yang diperhatikan adalah memanfaatkan segala potensi yang ada seperti
pemandangan mangrove, tambak, dan laut jawa untuk menjadi daya tarik dari
komersil yang akan dikembangkan. Komersil yang akan dikembangkan adalah berupa Resort pantai keluarga, pemancingan dan
pembudayaan ikan, udang dan Ocean Front
Resto. Komersil-komersil tersebut dapat membantu dan meningkatkan
perekonomian daerah maupun warga sekitar hutan mangrove. Pengembangan komersil
di wilayah studi dirancang dengan memperhatikan lingkungan dan tidak mengganggu
ekosistem mangrove.
Pada lokasi perancangan nantinya akan dibangun resort bernuansa alam yang difokuskan untuk keluarga sehingga
suasana yang tercipta terasa lebih nyaman. Resort
ini akan dibangun disepanjang pinggiran tepi laut sehingga pengunjung dapat
menikmati wisata hutan mangrove bukan hanya pada siang hari melainkan dapat
menginap di resort pada malam hari.
Komersil lain yang akan dibangun adalah Ocean
front Resto, sebuah resto yang akan dibangun dipinggiran laut dengan konsep
resto apung. Untuk mencapai resto ini pengunjung harus berjalan menyusuri
jembatan yang telah disediakan sembari menikmati pemandangan hutan mangrove.
Tujuan dari resto apung ini adalah pengunjung dapat melihat pemandangan
menakjubkan dari sebuah tempat makan sehingga merasa lebih dekat dengan alam.
Komersil lainnya adalah pemancingan dan pembudayaan ikan dan udang akan
disediakan di dekat tambak.
Indikator edukasi pada konsep perancangan merupakan indikator pendukung
dari konservasi. Indikator edukasi bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta
pengertian pengunjung mengenai hutan mangrove. Pada indikator edukasi akan
dikembangkan Mangrove Trail dan pusat
peneltian ekosistem mangrove. Mangrove trail akan dibangun jalan berupa
jembatan kayu yang melintang disepanjang hutan mangrove. Mangrove Trail
bertujuan supaya pengunjung dapat menikmati keindahan mangrove lebih dekat dan
lebih mengenal jenis-jenis mangrove yang ada. Sedangkan pusat penelitian
ekosistem mangrove direncanakan sebagai bentuk pusat pembelajaran guna
mengantisipasi masalah atau ancaman yang terjadi pada hutan mangrove
4.4 Penerapan Konsep
Konsep yang akan
diterapkan pada wilayah perancangan adalah “Wisata Keluarga Hutan Mangrove
Mangunharjo” yang memiliki indikator utama yaitu konservasi. Berikut adalah
penjelasan dari penerapan konsep tersebut. Pada penerapan indikator konservasi
ini, akan difokuskan pada pembibitan dan pemeliharaan mangrove. Indikator juga
menjadi upaya pelestarian alam pada pantai berhutan bakau sebagaimana yang
disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang 2011-2031. Hal ini
perlu dilakukan, mengingat tujuan dari konservasi ini adalah mencegah abrasi
pantai yang terjadi di Kelurahan Mangunharjo. Perancangan
mangrove yang ada di Surabaya dipilih sebagai best practice dikarenakan adanya abrasi yang juga pernah terjadi di
Kelurahan Mangunharjo sebagai wilayah studi. Hal yang akan dikembangkan dalam
konsep perancangan juga memperhatikan aspek konservasi dengan tujuan mencegah rob
dan abrasi pantai di pantai utara Kota Semarang.
Sedangkan dari indikator edukasi yang merupakan aspek
pendukung indikator utama yaitu konservasi ini akan didukung dengan adanya mangrove trail dan pusat penelitian
ekosistem mangrove pada wilayah perancangan. Penerapan mangrove trail akan dilakukan seperti yang ada pada best practice di Pusat Informasi
Mangrove Bali. Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo ini nantinya
akan diberi fasilitas mangrove trail berupa
jembatan-jembatan kayu di sepanjang hutan
mangrove agar pengunjung bisa mengenal mangrove lebih dekat. Untuk
mengelilingi kawasan mangrove juga disediakan perahu khusus (port) yang ramah lingkungan dilengkapi
dengan parkirnya, selain itu juga bisa bersepeda dan berjalan kaki. Dengan
mengacu pada best practice yang ada
di Wisata Anyar Mangrove Surabaya, diharapkan dengan peningkatan hutan mangrove
bisa menjadi wisata alam dimana terdapat flora dan fauna yang beranekaragam
spesiesnya, sehingga tidak hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi tapi juga
edukasi bagi pengunjung. Keberadaan mangrove
trail membantu pengunjung untuk dapat mengenali flora maupun fauna yang ada
pada kawasan tersebut lebih dekat dengan berjalan kaki.
Selain mangrove
trail, pusat penelitian ekosistem mangrove juga akan memberi edukasi para
wisatawan nantinya. Kawasan Mangrove di Taman Sundarbans India akan menjadi
acuan dalam perancangan pusat penelitian ekosistem mangrove ini. Wisata
Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo ini akan dilengkapi dengan pusat penelitian
ekosistem mangrove. Pusat penelitian ini akan difungsikan sebagai bentuk pusat pembelajaran guna mengantisipasi
masalah atau ancaman yang terjadi pada hutan mangrove. Wilayah pesisir
merupakan habitat utama dari hutan mangrove yang kadang memicu konflik
kepentingan, sehingga ekosistem di wilayah tersebut menghadapi berbagai ancaman
dan masalah perusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Melalui pusat
penelitian ini diharapkan, dampak dari perancangan kawasan yang direncanakan
tidak membawa kerugian bagi ekosistem mangrove yang ada. Oleh karena itu perlu
pengawasan untuk mencari langkah-langkah strategis bagi pengembangan hutan
mangrove selanjutnya.
Dengan menganut best
practice pada Taman Sundarbans India, dalam perancangan kawasan akan
dilengkapi dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti resort pantai keluarga, area pemancingan
dan pembudidayaan ikan dan udang, dan ocean
front resto. Adanya keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut nantinya akan
mempermudah promosi lokasi wisata dengan sebuah konsep paket wisata lengkap
ketika mengunjunginya. Selain itu, perancangan kawasan wisata mangrove keluarga
ini tidak hanya memperhatikan kondisi
fisik kawasan saja, melainkan juga
memperhatikan pola masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan mangrove yang
terletak di Mangunharjo. Pada dasarnya pentingnya penekanan partisipatif
masyarakat sangat diperlukan, dimana masyarakat tidak melakukan pemeliharaan
hanya dengan tujuan ekonomi melainkan diimbangi dengan tujuan ekologis demi
keberlangsungan mangrove.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar