Senin, 28 Desember 2015

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN KOTA


4.1       Konsep Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo

4.1.1    Pariwisata

UU Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berdasarkan konsep DMS (Destination Management System) pariwisata harus memiliki bberapa unsur, antara lain:
1.        Obyek wisata;
2.        Sarana hiburan;
3.        Cinderamata;
4.        Transportasi; dan
5.        Akomodasi.

4.1.2    Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang produktif di daerah pesisir yang berperan sebagai pensuplai bahan makanan (food supply) bagi berbagai jenis biota air di wilayah pesisir tersebut. Disamping itu ekosistem mangrove ini juga dapat menyediakan berbagai jenis produk dan jasa lingkungan untuk kesejahteraan hidup masyarakat dan kualitas lingkungan pantai dimana mangrove tersebut tumbuh. Dalam hal ini sebagai kunci utama yang menggerakkan fungsi ekosistem mangrove tersebut adalah komponen vegetasi mangrove sebagai produsen yang menghasilkan bahan organik sebagai sumber makanan konsumen primer, sekunder dan top konsumen dalam jaring-jaring pangan (food web) di ekosistem mangrove yang bersangkutan.
Selain itu, vegetasi mangrove juga dapat berperan dalam amaliorasi iklim mikro dan perbaikan kualitas lingkungan (tanah, air, udara) di ekosistem mangrove tersebut. Dengan demikian apabila mangrove dikonversi, yang berarti vegetasi mangrovenya ditiadakan, maka semua fungsi ekonomi dan ekologi dari ekosistem mangrove tersebut akan lenyap, padahal mangrove merupakan sumberdaya yang potensial penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Mangrove sebagai renewable resources harus dimanfaatkan berdasarkan sustainable basis untuk multipurpose (berbagai hasil guna) sesuai dengan diversitas dan potensi sumberdaya dan jasa lingkungan yang dapat disediakan mangrove tersebut. Sehubungan dengan ini harus diintroduksi inovasi praktek pemanfaatan mangrove yang bersifat kompatibel antara satu bentuk pemanfaatan dengan bentuk pemanfaatan lainnya sehingga fungsi-fungsi ekosistem mangrove yang dimanfaatkan tetap terpelihara dan tidak terganggu (di ambang batas bawah daya lenting ekosistem).
Sumber : diolah oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4.  9 Zoning Pembagian Kawasan Pengembangan Mangrove

4.1.3    Wisata Hutan Mangrove

Tren pengelolaan mangrove pada masa sekarang menuju pada pemanfaatan wisata selain konservasinya, karena tingginya permintaan terhadap ruang terbuka hijau di kawasan pesisir. Oleh karena itu konsep wisata mangrove dewasa ini menjadi pilihan meningkatkan potensi pada kawasan hutan mangrove dengan pendekatan pemeliharaan dan konservasi alam. Konsep tersebut tidak akan terlepas dari (Cecep Kusuma IPB, Konsep Pengelolaan Mangrove yang Rasional) :
1.        Pengelolaan lingkungan alam;
2.        Nilai - nilai pendidikan atau edukasi (penelitian dan pengembangan);
3.        Partisipasi masyarakat lokal;
4.        Konservasi dan pengelolaan lingkungan; dan
5.        Minimalisasi dampak dan pengaruh lingkungan alami.

4.2        Justifikasi Pemilihan Konsep

Berdasarkan pasal 70 ayat pada RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031 menyatakan Kelurahan Mangunharjo masuk dalam kawasan pantai berhutan bakau/mangrove yang juga menjadi Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya sebagaimana dikatakan pada pasal 67. Adanya potensi berupa hutan bakau juga menjadi salah satu pertimbangan pengembangan konsep Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo. Kawasan mangrove ini telah terbentuk sejak tahun 2001 dan telah tumbuh menjadi kawasan hutan mangrove yang lumayan lebat. Dari segi aksesibilitas, Kelurahan Mangunharjo juga terletak di dekat jalur nasional, yaitu sekitar 3,9 km dari di jalur pantura antara Kota Semarang dengan Kabupaten Kendal, hal ini akan mempermudah akses menuju kawasan mangrove.

4.3        Indikator Konsep Wilayah Studi

Konsep yang akan diterapkan di lokasi perancangan ini adalah Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo. Indikator konsep yang dipakai di lokasi perancangan adalah konservasi. Salah satu indikator dalam mendukung konsep Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo adalah sebagai fungsi konservasi mangrove. Mangrove merupakan jenis tanaman yang hidup disekitar pasang surut air laut, sehingga keberadaannya bergantung pada pasang surut air laut. Konservasi ini berupa pengembangan serta pembibitaan hutan mangrove yang berguna sebagai salah satu solusi dari dampak kerusakan akibat abrasi pantai. Indikator fungsi konservasi ini bukan hanya sebagai penanganan tanggap bencana di Kawasan Mangunharjo saja, namun dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mengelola atau menyediakan fasilitas pendukung di kawasan konservasi mangrove sebagai kawasan pariwisata alam.
Hal utama yang diperhatikan adalah memanfaatkan segala potensi yang ada seperti pemandangan mangrove, tambak, dan laut jawa untuk menjadi daya tarik dari komersil yang akan dikembangkan. Komersil yang akan dikembangkan adalah berupa Resort pantai keluarga, pemancingan dan pembudayaan ikan, udang dan Ocean Front Resto. Komersil-komersil tersebut dapat membantu dan meningkatkan perekonomian daerah maupun warga sekitar hutan mangrove. Pengembangan komersil di wilayah studi dirancang dengan memperhatikan lingkungan dan tidak mengganggu ekosistem mangrove.
Pada lokasi perancangan nantinya akan dibangun resort bernuansa alam yang difokuskan untuk keluarga sehingga suasana yang tercipta terasa lebih nyaman. Resort ini akan dibangun disepanjang pinggiran tepi laut sehingga pengunjung dapat menikmati wisata hutan mangrove bukan hanya pada siang hari melainkan dapat menginap di resort pada malam hari. Komersil lain yang akan dibangun adalah Ocean front Resto, sebuah resto yang akan dibangun dipinggiran laut dengan konsep resto apung. Untuk mencapai resto ini pengunjung harus berjalan menyusuri jembatan yang telah disediakan sembari menikmati pemandangan hutan mangrove. Tujuan dari resto apung ini adalah pengunjung dapat melihat pemandangan menakjubkan dari sebuah tempat makan sehingga merasa lebih dekat dengan alam. Komersil lainnya adalah pemancingan dan pembudayaan ikan dan udang akan disediakan di dekat tambak.

Indikator edukasi pada konsep perancangan merupakan indikator pendukung dari konservasi. Indikator edukasi bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta pengertian pengunjung mengenai hutan mangrove. Pada indikator edukasi akan dikembangkan Mangrove Trail dan pusat peneltian ekosistem mangrove. Mangrove trail akan dibangun jalan berupa jembatan kayu yang melintang disepanjang hutan mangrove. Mangrove Trail bertujuan supaya pengunjung dapat menikmati keindahan mangrove lebih dekat dan lebih mengenal jenis-jenis mangrove yang ada. Sedangkan pusat penelitian ekosistem mangrove direncanakan sebagai bentuk pusat pembelajaran guna mengantisipasi masalah atau ancaman yang terjadi pada hutan mangrove

4.4        Penerapan Konsep

Konsep yang akan diterapkan pada wilayah perancangan adalah “Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo” yang memiliki indikator utama yaitu konservasi. Berikut adalah penjelasan dari penerapan konsep tersebut. Pada penerapan indikator konservasi ini, akan difokuskan pada pembibitan dan pemeliharaan mangrove. Indikator juga menjadi upaya pelestarian alam pada pantai berhutan bakau sebagaimana yang disebutkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang 2011-2031. Hal ini perlu dilakukan, mengingat tujuan dari konservasi ini adalah mencegah abrasi pantai yang terjadi di Kelurahan Mangunharjo. Perancangan mangrove yang ada di Surabaya dipilih sebagai best practice dikarenakan adanya abrasi yang juga pernah terjadi di Kelurahan Mangunharjo sebagai wilayah studi. Hal yang akan dikembangkan dalam konsep perancangan juga memperhatikan aspek konservasi dengan tujuan mencegah rob dan abrasi pantai di pantai utara Kota Semarang.
 Sedangkan dari indikator edukasi yang merupakan aspek pendukung indikator utama yaitu konservasi ini akan didukung dengan adanya mangrove trail dan pusat penelitian ekosistem mangrove pada wilayah perancangan. Penerapan mangrove trail akan dilakukan seperti yang ada pada best practice di Pusat Informasi Mangrove Bali. Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo ini nantinya akan diberi fasilitas mangrove trail berupa jembatan-jembatan kayu di sepanjang hutan mangrove agar pengunjung bisa mengenal mangrove lebih dekat. Untuk mengelilingi kawasan mangrove juga disediakan perahu khusus (port) yang ramah lingkungan dilengkapi dengan parkirnya, selain itu juga bisa bersepeda dan berjalan kaki. Dengan mengacu pada best practice yang ada di Wisata Anyar Mangrove Surabaya, diharapkan dengan peningkatan hutan mangrove bisa menjadi wisata alam dimana terdapat flora dan fauna yang beranekaragam spesiesnya, sehingga tidak hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi tapi juga edukasi bagi pengunjung. Keberadaan mangrove trail membantu pengunjung untuk dapat mengenali flora maupun fauna yang ada pada kawasan tersebut lebih dekat dengan berjalan kaki.
Selain mangrove trail, pusat penelitian ekosistem mangrove juga akan memberi edukasi para wisatawan nantinya. Kawasan Mangrove di Taman Sundarbans India akan menjadi acuan dalam perancangan pusat penelitian ekosistem mangrove ini. Wisata Keluarga Hutan Mangrove Mangunharjo ini akan dilengkapi dengan pusat penelitian ekosistem mangrove. Pusat penelitian ini akan difungsikan sebagai bentuk pusat pembelajaran guna mengantisipasi masalah atau ancaman yang terjadi pada hutan mangrove. Wilayah pesisir merupakan habitat utama dari hutan mangrove yang kadang memicu konflik kepentingan, sehingga ekosistem di wilayah tersebut menghadapi berbagai ancaman dan masalah perusakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Melalui pusat penelitian ini diharapkan, dampak dari perancangan kawasan yang direncanakan tidak membawa kerugian bagi ekosistem mangrove yang ada. Oleh karena itu perlu pengawasan untuk mencari langkah-langkah strategis bagi pengembangan hutan mangrove selanjutnya.

Dengan menganut best practice pada Taman Sundarbans India, dalam perancangan kawasan akan dilengkapi dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung, seperti resort pantai keluarga, area pemancingan dan pembudidayaan ikan dan udang, dan ocean front resto. Adanya keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut nantinya akan mempermudah promosi lokasi wisata dengan sebuah konsep paket wisata lengkap ketika mengunjunginya. Selain itu, perancangan kawasan wisata mangrove keluarga ini tidak hanya memperhatikan  kondisi fisik kawasan saja, melainkan  juga memperhatikan pola masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan mangrove yang terletak di Mangunharjo. Pada dasarnya pentingnya penekanan partisipatif masyarakat sangat diperlukan, dimana masyarakat tidak melakukan pemeliharaan hanya dengan tujuan ekonomi melainkan diimbangi dengan tujuan ekologis demi keberlangsungan mangrove.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar