BAB
III
GAMBARAN
UMUM
3.1 Konstelasi Wilayah
Kelurahan Mangunharjo
merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Tugu, Kota Semarang yang memiliki
luas 632,802 Ha. Berdasarkan RTRW Kota Semarang tahun 2011 - 2031 Kelurahan Mangunharjo
termasuk dalam BWK X subX.3 dengan jumlah penduduk ±5661 jiwa pada tahun 2013
dan kepadatan ± 8,95 jiwa/hektar dimana sempadan pantainya termasuk dalam
kawasan pelestarian alam bersama dengan Kelurahan Mangkang Kulon, Kelurahan
Mangkang Wetan, Kelurahan Randugarut, dan Kelurahan Tugurejo.
Menurut RTRW Kota
Semarang tahun 2011 - 2031 Kelurahan Mangunharjo termasuk pusat lingkungan X.3
di BWK X. Kelurahan Mangunharjo juga menjadi kawasan perlindungan setempat,
kawasan yang dimaksud adalah sempadan pantai. Pasal 70 ayat pada RTRW Kota
Semarang tahun 2011-2031 menyatakan Kelurahan Mangunharjo masuk dalam kawasan
pantai berhutan bakau/mangrove yang juga menjadi Kawasan Suaka Alam,
Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya sebagaimana dikatakan pada pasal 67.
3.1.1 Tinjauan
Kebijakan (RTRW Kota Semarang)
Mangunharjo
merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Tugu, Kota Semarang.
Jumlah penduduk Kecamatan Tugu pada tahun 2013 berjumlah 30.904 dengan jumlah
penduduk perempuan 15.393 jiwa dan penduduk laki laki
15.511 jiwa, sedangkan untuk jumlah penduduk di Kelurahan Mangunharjo itu
sendiri adalah 5.663 jiwa yang terdiri dari 2.847 penduduk perempuan dan 2.816
penduduk laki-laki. Kelurahan Mangunharjo menurut RTRW kota Semarang termasuk
dalam BWK X dengan fungsi utama sebagai kawasan industri. Pada pasal 14
Kelurahan Mangunharjo termasuk dalam pusat pelayanan BWK X yaitu untuk rencana
lokasi pengembangan pusat lingkungan. Pengembangan kawasan sebagai suaka alam,
pelestarian dan cagar budaya dalam bentuk pantai berhutan mangrove dengan
sempadan pantai ±175 Ha.
Pemanfaatan wilayah pesisir
menurut RTRW Kota Semarang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung yaitu ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
Pemanfaatan lahan sebagai kawasan lindung terdiri atas sempadan pantai dan
hutan mangrove, sedangkan kawasan budidaya terdiri atas kawasan perikanan
tambak. Upaya untuk melindungi garis pantai dengan cara pengembangan sabuk
pantai (green belt), yaitu dengan
penanaman/rehabilitasi mangrove. Persoalan pengelolaan kawasan pesisir pada
akhirnya memunculkan isu-isu strategis, khususnya yang ada di Kecamatan Tugu, Kota
Semarang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang
Tahun 2010-2015 menjelaskan bahwa isu strategis sebagai suatu kondisi/kejadian
penting yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih
besar, akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan.
3.2 Gambaran Wilayah Studi
3.2.1 Kondisi
Topografi
Pada
umumnya karena wilayah studi merupakan tepat pada garis pantai, oleh karena itu
kelerengan pun datar yakni 0.02% dengan ketinggian nol mdpl. Oleh karena itu
topografi bukan menjadi halangan untuk pengembangan dan atau pembangunan di
wilayah pesisir, apalagi tepat pada bibir pantai. Sehingga sangat memungkinkan
untuk membuat segala macam hal di taman mangrove jika hanya aspek topografi
saja yang dipertimbangkan.
Sumber : Bappeda
Kota Semarang 2011 diolah oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 1 Peta Kelerengan Hutan Mangrove Mangunharjo
3.2.2 Kondisi
Klimatologi
Curah
hujan di Hutan Mangrove Mangunharjo memiliki intensitas 27,7 - 34,8 mm/tahun
artinya curah hujan ialah sedang. Artinya memungkinkan jika pada musim hujan
wilayah ini terdampak hujan sehingga meningkatkan level air ditambah dengan
pasang air laut.
Sumber : Bappeda
Kota Semarang 2011 diolah oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 2 Peta Curah Hujan di Hutan Mangrove Mangunharjo
3.2.3 Kondisi
Jenis Tanah
Sebagai
wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda, yang paling umum
adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa
tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya, bahkan ada pula hutan
bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut. Substrat yang lain adalah lumpur
atau tanah aluvial dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di
pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu
karang. Tanah di hutan
mangrove biasanya memiliki tingkat garam atau salinitas tinggi.
Sumber : Bappeda
Kota Semarang 2011 diolah oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 3 Peta Jenis Tanah di Hutan Mangrove Mangunharjo
3.2.4 Kondisi
Rawan Bencana
Keseluruhan
wilayah ialah rawan banjir, tentunya juga rawan abrasi dan pasang-surut oleh
karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan laut. Selain itu terdapat
kerawanan gempa dengan skala mercalli dibawah skala 4 artinya intensitas rendah
dengan dampak yang akan ditimbulkan juga tidak destruktif.
Sumber : Bappeda
Kota Semarang 2011 diolah oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 4 Peta Rawan Bencana di Hutan Mangrove Mangunharjo
3.2.5 Kondisi Infrastruktur
Infrastruktur di hutan mangrove tentunya sangat minim
atau bahkan bisa dikatakan tidak ada. Hal ini dikarenakan memang fungsinya
sekarang hanya menjadi hutan mangrove, faktor lain adalah tidak adanya
permukiman satupun. Satu-satunya infrastruktur yakni jembatan yang hanya
setapak dan terbuat dari kayu. Selain itu terdapat sandaran perahu dimana hanya
seadanya, juga terdapat beberapa gubuk bambu yang berfungsi sebagai parkir
sepeda nelayan dan tempat beristirahat.
Sumber: Dokumentasi Kelompok 8A
Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 5 Gubuk dan Jembatan Bambu di Kawasan Hutan Mangrove
3.2.6 Kondisi
Aksesibilitas
Akses didalam hutan mangrove dan menuju hutan mangrove
dari batas terluar permukiman sangat sulit, karena hanya bisa ditempuh dengan
berjalan kaki, jaraknya kurang lebih satu kilometer dari batas terluar
permukiman hingga batas selatan hutan mangrove. Namun akses daripada jalan
utama (Jalan Nasional 1) menuju batas terluar sudah didukung oleh jalan
lingkungan dengan kualitas yang sangat bagus sepanjang 3,1 km.
Sumber: Dokumentasi
Pribadi oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 6 Akses Berupa Jalan Tanah Menuju Hutan Mangrove
3.2.7 Kondisi
Sarana Transportasi
Transportasi sangat tidak mendukung karena tidak adanya
sistem transportasi massal hingga menuju hutan mangrovenya, transportasi umum
hanya berada di batas Jalan Pantura. Sedangkan jarak dari pinggir Jalan Pantura
masih 3,9 km hingga hutan mangrove, dimana hanya didukung oleh becak atau moda
ojek. Walaupun begitu di Jalan Pantura sudah didukung banyak transportasi
massal mulai dari angkot, bus AKAP, hingga BRT koridor I.
3.2.8 Kondisi
Penggunaan Lahan
Sesuai dengan
RTRW Kota Semarang Tahun 2011 - 2031 dimana peruntukkan di Kelurahan Mangunharjo
ialah konservasi mangrove. Pada eksisting tidak hanya terdapat konservasi hutan
mangrove, khususnya di wilayah studi masih terdapat tambak walaupun proporsi
atau presentasenya sangat kecil jika dibandingkan dengan kawasan hutan
mangrovenya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi oleh Kelompok 8A Perancangan
Kota, 2015
Gambar 4. 7 Keberadaan Hutan Mangrove Berbatasan Langsung Dengan Tambak
3.2.9 Kondisi
Sistem dan Vegetasi Ruang Terbuka Hijau
Wilayah studi yang merupakan hutan mangrove didominasi
tentunya oleh vegetasi mangrove sehingga keseluruhan dari wilayah studi adalah
RTH. Pengembangan kawasan hutan mangrove akan terus terjadi mengingat kebutuhan
Kota Semarang terhadap mangrove dan lahan pembibitan-penanaman yang masih luas.
Jenis vegetasi di hutan mangrove ini ada tiga genus utama yakni bakau (Rhizophora Sp.), api - api (Acanthus Sp.), dan berus/putut (Bruguiera Sp.) dengan puluhan jenis
spesies. Keseluruhan vegetasi merupakan jenis tanaman mangrove yang memiliki
karakteristik dan fungsi yang sama.
Sumber : Dokumen
Pribadi oleh Kelompok 8A Perancangan Kota, 2015
Gambar 4. 8 Keberadaan Mangrove Di Garis Pantai Mangunharjo
3.3 Potensi
dan Permasalahan
3.3.1 Potensi
Terdapat beberapa potensi yang ada di Kelurahan Mangunharjo
terutama yang berkaitan dengan perancangan kawasan yang akan dilakukan.
Kelurahan Mangunharjo memiliki hutan mangrove yang telah dikembangkan sejak
tahun 2001. Terdapat pula pertambakan disekitar hutan mangrove yang menjadi
salah satu tempat bagi warga Mangunharjo untuk bekerja. Tambak-tambak ini jika
dikembangkan dengan baik, maka bukan tidak mungkin akan dapat membantu
meningkatkan perekonomian yang ada. Dengan demikian, masyarakat akan dapat meningkatkan
kesejahteraannya dan tidak hanya bergantung pada wisata mangrove yang ada.
Kawasan Wisata Mangrove ini juga telah dikenal bahkan
sampai ke luar negri. Sering terdapat kunjungan dari negara-negara lain seperti
Jepang, Belgia, China, Korea, Jerman dan negara-negara lainnya. Terdapat juga
banyak pengunjung dari daerah di sekitar Kelurahan Mnagunharjo. Biasanya
merupakan kunjungan dari suatu instansi atau kelompok pecinta alam tertentu.
Kunjungan mereka biasanya karena ingin ikut menanam mangrove dan melestarikan sebagian
hutan mangrove yang telah rusak.
3.3.2 Permasalahan
Masalah yang ada di hutan mangrove umumnya berasal dari
faktor - faktor eksternal baik eksternal secara wilayah maupun secara
kepentingan. Berikut dibawah ini pemetaan struktur permasalahan yang ada :
3.4 Analisis
SWOT
Tabel
III. 1 Analisis SWOT
No.
|
Strength
|
Weakness
|
Opportunity
|
Treat
|
1.
|
Hutan mangrove sudah sangat baik dikelola.
|
Akses dan infrastruktur yang sangat minim.
|
Investasi dan perhatian swasta maupun lembaga
internasional tinggi.
|
Perhatian dan strategi pemerintah kota khususnya masih
kurang.
|
2.
|
Masyarakat terutama nelayan dan pengelola mangrove yang
ramah dan terbuka.
|
Pada umumnya masyarakat sekitar belum terlalu mengerti
mengenai urgensi dan potensi yang dimiliki mangrove.
|
Terdapat kelompok masyarakat yang membudidayakan
mangrove di sekitar hutan mangrove.
|
Tambak dan beberapa luas lahan disekitar hutan mangrove
sudah merupakan akuisisi oleh pengembang/swasta.
|
3.
|
Jarak dengan akses langsung dengan Jalan Nasional 1
yang dekat (3,9 km)
|
Terdapat banyak sampah dialiran - aliran sungai di
sekitar hutan mangrove.
|
Wisata pesisir di Kota Semarang sangat kurang, menjadikan
potensi hutan mangrove menjadi alternatif.
|
Menjorok langsung ke laut sehingga rentan untuk abrasis
selain itu intensitas pasang-surut tinggi.
|









Tidak ada komentar:
Posting Komentar